Teringat pada suatu sore yang hangat, seseorang menanyakan suatu hal yang cukup membuatku berpikir. “Kalau orang yang kamu sayang memilih pergi dan tak akan pernah kembali, apa reaksimu?”.
Sejenak kuberpikir dan akhirnya kuputuskan untuk menjawabnya, “Kecewa, tentu saja. Tapi yang pasti aku akan merelakannya. Bukan karena aku tak ingin memperjuangkannya, tapi memang semua hal memiliki masanya sendiri. Kedatangannya adalah takdir, begitupula dengan kepergiannya. Akan datang seseorang lagi yang akan menemani perjalananku,”
Kedatangannya adalah takdir, begitupula dengan kepergiannya.
Terdengar klise, ya?
Akan selalu ada orang yang datang untuk menggantikan ia yang sudah pergi. Dan ketika kamu bertemunya untuk pertama kali, ingatlah bahwa akan ada waktu dimana dia harus pergi dan meninggalkan semua mimpi yang kalian bangun bersama. Dia akan datang dengan berbagai cara. Dia bisa saja datang ketika kamu sudah sangat lelah menghadapi dunia ini sendirian. Dia bisa saja datang ketika kamu merasa kamu adalah manusia paling bahagian di dunia ini. Dia bisa saja datang ketika kamu merasa kamu sudah tidak memiliki bahu untuk disandarkan lagi. Dia bisa datang di waktu yang tepat, dan begitu sebaliknya.
Dan, dia bisa orang yang menurutmu tepat sehingga akan menemanimu sampai garis akhir, bisa juga sebaliknya.
Kepergiannya juga memiliki banyak cara. Dia bisa saja meninggalkanmu ketika kamu dan dia sedang membangun mimpi bersama. Dia bisa saja meninggalkanmu ketika dia sedang menunjukanmu betapa indahnya dunia kepadamu. Atau dia bisa meninggalkanmu ketika kamu dan dia sudah sama-sama tak terpikir lagi untuk terus bersama.
Tapi sekali lagi kukatakan, kedatangan dan kepergiannya adalah takdir.
Bukalah pintu kehidupanmu selebar-lebarnya. Biarkan orang lain mengetuk masuk dan biarkan juga bila ia memilih pamit pergi. Jangan tutup pintu tersebut untuk mencegah orang lain masuk ataupun keluar. Ada seseorang yang ditakdirkan untuk melewati pintu itu.
Namun, jika pertanyaanmu pada sore itu adalah pertanda bahwa kamu akan pergi… jujur saja, aku tak ingin itu terjadi.
Ketika sudah waktunya ia untuk pergi, lepaskanlah.
Akan ada waktunya sang pengganti datang dan menemanimu sampai garis akhir
---
Jakarta, 26 Juli 2015 – 7:15 PM
Dinda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih untuk komentarnya :)