21/09/13

Satu Tahun

Rasanya seperti mengorek luka lama yang hampir kering; sakit lagi, perih lagi. Itu yang aku rasakan. Tapi aku menikmatinya. Menikmati setiap detik saat scroll down di halaman profil twittermu, apalagi kalau bukan membaca tweet manismu yang kau alamatkan kepada dia --wanita yang kini menjadi penggantiku. Aku iri. Bukan, bukan kepadanya. Tapi kepadamu. Mengapa kamu begitu cepat melupakan aku dan berhasil bersama wanita lain? Sedangkan aku, sudah tepat satu tahun setelah kau memutuskan untuk pergi dari hidupku, aku masih tetap bertahan di sini, menunggumu. Rasanya aku seperti anak  kecil yang berdiri  di ambang pintu, menunggu hujan permen coklat datang. Mustahil. Aku tahu, menunggumu adalah hal yang sia-sia. Berkelut dengan rasa rindu yang tertahan. Merasakan pertarungan antara dua kubu dalam diriku, logikaku memaksa untuk melupakanmu, tetapi hatiku masih ingin bertahan. Otakku serasa mati. Tidak dapat menghentikan pertarungan tersebut.

Oh, dear. Aku hanya ini semua berakhir.

**

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah kisah di masa lalu, yang seharusnya diposting pada 9 September kemarin, tapi karena ada kesalahan kecil jadi baru bisa dipost sekarang.

Salam,
Dinda

1 komentar:

Terimakasih untuk komentarnya :)

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES